Akademisi IPB: Tidak Perlu Impor Beras, Data Panen di Sini

By Admin


nusakini.com - Bogor - Pada Minggu II Januari 2018 ini, harga dan impor beras ramai diperbicangkan. Pihak Pemerintah melalui Menteri Perdagangan pada 9 Januari 2018 menyatakan tidak akan impor beras, namun akhirnya pada 12 Januari 2018 bilang akan impor beras 500.000 ton.

Beberapa pernyataannya, membuat publik bertanya-tanya, akibat belum ketemu logika. Karena itu, Pengamat dan Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB), Prima Gandhi menilai bila tujuannya untuk mengendalikan harga beras medium, kenapa yang akan diimpor beras khusus?. Untuk apa impor khusus?, Pengendalian harga diperlukan minggu ini, impor akan tiba nanti di akhir Januari 2018.

“Impor beras sudah telat, karena bertepatan dengan mulai panen raya padi,” demikian diungkapkan Prima Gandhi, dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPb di Bogor, Jumát (12/1/2018).

Menurut dia, kejanggalan harga beras terjadi pada awal tahun 2018 salah satunya di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC). Data online dirilis PIBC pada tanggal 3 Januari 2018 beras termurah dikenal beras Operasi Pasar yaitu IR-64 III masih Rp 7.800 perkg stabil sejak 9 November hingga 3 Januari 2018.

“Tapi tiba-taba pada tanggal 3-4 Januari naik tinggi 8.400, setelah itu pada 5-8 Januari menjadi 8.800, terus tanggal 9-12 Januari menjadi 8.900 perkg,” papar Gandhi.

Sementara itu, stock beras harian PIBC pada periode tersebut di atas normal yaitu berkisar 32.001 hingga 47.013 ton, artinya pasokan tidak ada masalah tapi harga naik. Justru ini sumber masalahnya.

“Harusnya solusi yang ditempuh ya pengendalian harga, bukan impor” ungkapnya.

Untuk itu, Gandhi mengusulkan agar harga beras medium dikendalikan dengengam cara, pertama, Operasi Pasar secara masif, bukan setengah hati. Kedua, percepat penyaluran beras Rastra untuk bulan Januari ini. Ketiga, perlancar arus distribusi dan logistik beras dengan intensifkan Satgas Pangan.

“Keempat, tidak perlu impor karena momentumnya tidak tepat,” tegasnya.

Lebih lanjut Gandhi menegaskan selama ini tidak pernah terjadi impor di saat memasuki panen raya Februari. Bila impor sekarang ini dampaknya hanya memukul petani menderita.

“Saya yakin produksi surplus, tidak perlu impor. Pernyataan mana panen, mana panen tidak perlu dipertentangkan lagi. Lha itu ada data panen di sini, di website https://sig.pertanian.go.id ini open akses,” tuturnya.

“Bisa dilihat semua detil sampai titik koordinat lokasi sebaran panen padi di seluruh Indonesia,” imbuhnya Gandhi.

Kemudian, Gandhi pun menegaskan tahun ini memasuki tahun politik 2018-2019. Jadi, seharusnya pemerintah tidak membuat gaduh kondusifitas yg sudah diciptakan selama ini.

“Jangan Sampai Beras dijadikan komoditas politik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” pungkasnya. (p/ma)